Yodha Media Indonesia, - Bogor – Setiap tanggal 22 April, dunia memperingati Hari Bumi sebagai wujud kepedulian terhadap krisis lingkungan yang kian mengkhawatirkan.
Tahun ini, peringatan Hari Bumi 2025 mengusung tema "Kekuatan Kita, Planet Kita" (Our Power, Our Planet) — sebuah seruan global untuk mempercepat transisi ke energi bersih demi masa depan Bumi yang lebih lestari.
Peringatan Hari Bumi bukanlah sekadar seremoni tahunan, melainkan sebuah gerakan yang berakar dari keresahan mendalam terhadap polusi dan kerusakan lingkungan.
Sejarahnya dimulai di Amerika Serikat pada akhir 1960-an, ketika udara dan air tercemar parah akibat penggunaan bahan bakar bertimbal dan limbah industri yang dibuang tanpa pengawasan.
Kesadaran lingkungan mulai terbangun ketika Rachel Carson merilis buku Silent Spring pada tahun 1962. Buku ini menyuarakan bahaya pestisida dan dampak destruktifnya terhadap ekosistem dan kesehatan manusia.
Puncaknya terjadi pada Januari 1969, saat tumpahan minyak di Santa Barbara, California, memicu kemarahan publik dan menjadi momentum lahirnya Hari Bumi.
Senator Gaylord Nelson, yang prihatin dengan krisis lingkungan saat itu, menggandeng aktivis muda Denis Hayes untuk mengorganisasi aksi publik. Mereka memilih tanggal 22 April 1970 untuk menggelar demonstrasi akbar yang melibatkan sekitar 20 juta warga Amerika.
Aksi ini menjadi titik balik kesadaran kolektif dan melahirkan kebijakan lingkungan penting di Negeri Paman Sam, termasuk pembentukan Environmental Protection Agency (EPA).
Sejak saat itu, Hari Bumi diperingati secara global oleh lebih dari 1 miliar orang di lebih dari 190 negara setiap tahunnya. Gerakan ini menjadi simbol persatuan umat manusia dalam menjaga kelestarian planet yang kita tinggali.
Tema Hari Bumi 2025: Gandakan Energi Bersih, Kurangi Emisi
Tahun ini, tema "Our Power, Our Planet" menyoroti urgensi menggandakan penggunaan energi bersih seperti tenaga surya, angin, dan air untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Target ambisiusnya: melipatgandakan kapasitas listrik bersih pada tahun 2030.
Kampanye ini menuntut aksi nyata dari pemerintah, sektor industri, hingga masyarakat global. Transisi ke energi bersih dinilai sebagai solusi utama untuk menekan emisi karbon, memperlambat laju perubahan iklim, dan menjaga keberlangsungan hidup generasi masa depan.
“Ini adalah momen krusial untuk menyatukan kekuatan. Kita punya teknologi, kita punya ilmu, sekarang kita butuh kemauan politik dan kolaborasi lintas sektor untuk mengubah sistem energi global,” ujar Denis Hayes, salah satu penggagas Hari Bumi, dalam pernyataannya yang dikutip dari laman Earth Day.
Peringatan Hari Bumi 2025 menjadi panggilan untuk bertindak, bukan hanya merenung. Dengan energi bersih, kita punya harapan untuk masa depan yang lebih hijau, adil, dan berkelanjutan.
.jpeg)